Kanker atau tumor ganas adalah penyakit dimana beberapa sel tumbuh tak terkendali dan membentuk suatu massa yang tidak ada manfaatnya bagi tubuh. Kanker dapat menyebar, atau menginvasi jaringan sekitar dan melakukan perjalanan ke tempat yang jauh di bagian tubuh lainnya untuk membentuk tumor baru. Penyakit ini merupakan masalah yang sangat serius, karena menurut WHO (2021) penyakit ini merupakan pembunuh nomor dua umat manusia. Salah satu jenis kanker yang umum terjadi adalah kanker payudara. Walaupun penelitian selama beberapa dekade telah dilakukan, kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Kejadian penyakit kanker di Indonesia berada pada urutan ke-8 di Asia, yang secara khusus kanker payudara merupakan kanker yang tersering muncul dengan tingkat kejadian 42,1 per 100.000 penduduk. Secara global, pada tahun 2020 2,3 juta wanita telah didiagnosis mengalami kanker payudara dan 685.000 telah dinyatakan meninggal.
Pengobatan yang umum untuk kanker saat
ini adalah kemoterapi. Mekanisme kerja dari kemoterapi adalah membunuh sel-sel
yang aktif membelah. Sebagai akibatnya, sel-sel normal yang aktif membelah juga
mengalami kerusakan akibat proses terapi, seperti rambut. Karena
hal tersebut, diperlukan pendekatan terapi alternatif agar membunuh sel-sel
kanker secara selektif. Salah satu pendekatan terapi yang menjanjikan adalah
viroterapi onkolitik.
Gambar: Mekanisme
umum dari onkolisis. Virus onkolitik secara spesifik menargetkan sel kanker,
kemudian bereplikasi pada sel tersebut yang mengakibatkan sel lisis dan
mengalami kematian sel (Haddad dan Fong, 2015).
Viroterapi onkolitik adalah salah satu
teknik pengobatan kanker menggunakan virus yang mempunyai sifat onkolitik,
yakni virus yang membelah secara selektif dan sitotoksik bagi sel kanker namun
tidak merusak sel yang sehat. Sifat onkolisis virus dapat
berasal dari sifat alami virus tersebut, seperti contohnya adalah Reovirus.
Sifat ini juga diperoleh dari manipulasi genom virus, seperti contohnya
Adenovirus. Alice Moore merupakan ilmuwan pertama yang mengujicobakan
viroterapi pada hewan coba. Beberapa laporan menunjukkan virus Newcastle
disease, Reovirus, Lentivirus, Herpes simpleks virus (HSV), Enterovirus,
Sindbis virus, Vaccinia virus, Myxoma, dan Racconpox memiliki aktivitas
antitumor. Pada anjing sudah diterapkan viroterapi yang secara preklinis sudah
diuji, digunakan strain virus dari Adenovirus, Vaccinia, dan virus Distemper.
Mekanisme umum onkolisis
Secara umum virus onkolitik dibagi
menjadi dua jenis, yaitu virus DNA dan RNA. Virus onkolitik dapat mengakses sel
melalui ikatan dengan reseptor pada permukaan sel atau melalui fusi dengan
membran plasma. Karakteristik yang penting virus onkolitik adalah kemampuan
untuk membangun sebuah siklus litik pada jaringan ganas namun tidak pada
jaringan normal.
Virus Onkolitik
Semua virus yang dalam proses
pertumbuhan cenderung tumbuh pada sel yang aktif berproliferasi. Maka dari itu,
beberapa virus secara alami bersifat onkotropik. Virus-virus ini adalah reovirus
pada manusia, parvovirus, Vesicular Stomatitis Virus (VSV) dan Newcastle
Disease Virus (NDV). Virus-virus tersebut memiliki sifat onkolitik yang
alami yang biasanya tidak menimbulkan gejala klinis dalam kondisi normal. Sifat
alami onkolitik ini timbul akibat defisiensi terkait tumor di dalam jalur
respons interferon. Pada tahun-tahun terkini, terdapat ketertarikan terhadap
potensi penggunaan virus onkolitik sebagai agen terapi di dalam pengobatan
kanker. Laporan pertama tentang supresi tumor pada manusia adalah cervical
carcinoma yang mengalami penyusutan setelah inokulasi dengan vaksin rabies.
Tabel 1. Virus dengan aktivitas onkolitik
selektif
Virus
|
Target tumor
|
Referensi
|
Adenovirus manusia
|
Kanker serviks
|
(Smith et al., 1956)
|
Bovine herpes virus 4
|
Kanker
paru-paru
|
(Donofrio
et al., 2005)
|
Coxsackie virus A21
|
Melanoma
|
(Shafren et al., 2004)
|
Myxomavirus
|
Glioma
|
(Stanford
et al., 2007)
|
Newcastle disease virus
|
Diverse
|
(Cervantes-Garcia et al., 2008)
|
Parvovirus H-1
|
Karsinoma
payudara & hepatoseluler
|
(Di
Piazza et al., 2007)
|
Reovirus
|
Kanker pankreas
|
(Norman et al., 2004)
|
Vesicular stomatitis virus
|
Karsinoma
payudara & hepatoseluler
|
(Cervantes-Garcia
et al., 2008)
|
Keterbatasan viroterapi
Walaupun terjadi perkembangan yang
pesat pada viroterapi, terdapat beberapa keterbatasan dalam mengembangkan virus
onkolitik yang ideal, seperti membuat virus agar menargetkan sel kanker
tertentu secara selektif, dan terjadinya kompetisi dengan sel sistem imun inang
atau resistensi terhadap virus tersebut secara alami. Selain itu, jika kanker mengalami metastasis,
virus yang diinjeksikan secara intratumoral tidak dapat lolos dari massa tumor
tersebut. Beberapa strategi telah dikembangkan untuk mencapai efek anti-tumor
yang baik setelah treatment menggunakan virus onkolitik. Salah satu cara
untuk meningkatkan efisiensi pengobatan dengan virus ini adalah dengan
mengkombinasikan terapi dengan terapi konvensional. Beberapa studi pre-klinis
dan klinis menunjukkan bahwa kombinasi virus onkolitik dengan terapi radiasi
akan mendapat efek tambahan atau efek sinergis anti-tumor secara in vitro dan
in vivo. Data eksperimental menunjukkan bahwa radiasi dapat meningkatkan
replikasi virus dan aktivitas onkolisis pada tumor yang diradiasi.
Dapat dipertimbangkan kombinasi ini merupakan salah satu kunci optimasi terapi
virus onkolitik. Penelitian mengenai terapi kanker dengan virus onkolitik telah
mendapat perhatian peneliti di belahan dunia, namun di Indonesia belum ada
peneliti dari instansi pemerintah atau swasta yang fokus meneliti tentang hal
ini.
Comments
Post a Comment