Hewan karnivora sejati. Makan daging melulu, tapi kenapa tidak mengalami penyakit jantung, stroke, ataupun atherosclerosis?
Nampaknya ketika kita mendengar kolesterol, seperti mendengar sesuatu yang berbahaya. “Wah, jangan makan itu, banyak kolesterolnya tuh!”, ungkapan tersebut sering kita dengar, entah dari teman atau orang tua. Pada manusia, kolesterol diidentikkan dengan penyakit-penyakit seperti serangan jantung, stroke, ataupun atherosclerosis. Kolesterol sebenarnya memiliki manfaat untuk tubuh. Ketika di dalam sel, kolesterol memiliki berbagai peranan bergantung pada jenis sel. Kolesterol dapat dimanfaatkan untuk sintesis membran sel, produksi hormon, sintesis asam empedu, dan proses seluler esensial lainnya. Kolesterol adalah molekul prekursor yang krusial bagi biosintesis hormon pada tubuh, salah satunya adalah hormon steroid yang prekursor primernya adalah kolesterol.
Pasti pernah mendengar istilah kolesterol “baik” dan “jahat”. Kolesterol baik yang dimaksud adalah high density lipoprotein (HDL) dan kolesterol jahat adalah low density lipoprotein (LDL). LDL sendiri memiliki fungsi mengangkut kolesterol di dalam sel, sedangkan HDL berfungsi mengangkut LDL yang berlebih kembali ke hati untuk disimpan dalam bentuk ester kolesterol. Yang menjadi masalah adalah ketika HDL ini tidak mampu mengatasi datangnya LDL yang terlalu banyak, ataupun reseptor pada LDL ini bermasalah sehingga HDL tidak mampu mengangkut LDL kembali ke hati. Akibatnya ada kemungkinan LDL ini untuk menempel pada dinding pembuluh darah kemudian menimbulkan plak dengan kondisi yang disebut dengan atherosclerosis. Inilah sebabnya kenapa LDL dibilang jahat, sedangkan HDL baik. Sebenarnya LDL itu tidak jahat, karena pada dasarnya bahwa kolesterol itu sebenarnya memiliki manfaat untuk tubuh. Akan tetapi intake atau asupan yang terlalu banyak mengakibatkan kondisi atherosclerosis. “Sesuatu yang terlalu banyak atau berlebihan itu tidak baik” mungkin adalah pernyataan yang tepat untuk mendeskripsikan hal ini.
Atherosclerosis adalah kondisi yang cukup berbahaya karena dapat menghambat suplai darah yang kaya oksigen pada jaringan akibat keberadaan plak pada dinding pembuluh darah. Sangat berbahaya apabila sumbatan ini terjadi pada pembuluh darah jantung maupun otak, karena keduanya ini merupakan organ yang sangat vital. Atherosclerosis pada pembuluh darah koroner dapat menyebabkan serangan jantung, sedangkan pada otak bisa menyebabkan stroke.
Pernahkah muncul pertanyaan dari benak kalian, kenapa hewan karnivora sejati yang hidupnya tidak pernah makan sayur, makan daging melulu, tapi tidak terkena penyakit jantung ataupuun atherosclerosis seperti kita, manusia? Jawabannya adalah pada proses metabolisme kolesterol mereka. Hewan karnivora sejati memang sudah “di desain” atau di rancang untuk membersihkan kolesterol-kolesterol berlebih. Hewan karnivora memproduksi enzim cholesterol 7α-hydroxylase dalam jumlah besar, yang mana enzim ini mempromosikan pemecahan kolesterol dan eliminasi dari tubuh. Metabolisme ini sangat membantu dalam menjaga kadar tinggi dari HDL. Selain itu, secara genetik HDL cenderung lebih dominan pada hewan-hewan karnivora, berbanding terbalik dengan manusia yang secara normal LDL lebih dominan dibanding HDL pada tubuhnya. Selain itu, hewan karnivora memiliki kemampuan untuk memproduksi vitamin C secara endogen (disintesis dalam tubuhnya), sehingga mampu melindungi dari proses stres oksidatif dan meminimalisir kejadian atherosclerosis.
Jalur metabolisme kolesterol pada hewan karnivora juga unik. Metabolisme kolesterol pada hewan ini melibatkan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, utamanya adalah tiroksin (T4) dan triidotironin (T3), yang penting dalam regulasi berbagai proses metabolik, termasuk metabolisme kolesterol. Hormon tiroid berperan penting dalam mempromosikan sintesis cholesterol 7α-hydroxylase, enzim yang bertanggungjawab mengubah kolesterol menjadi asam empedu di hati. Ketika hewan karnivora diangkat kelenjar tiroidnya (tiroidektomi), produksi hormon tiroid tentunya tidak dapat terjadi. Tanpa adanya hormon tiroid, sintosis cholesterol 7α-hydroxylase tentunya akan terganggu, sehingga akan terjadi penurunan konversi kolesterol menjadi asam empedu.
Atherosclerosis affects only herbivores. Dogs, cats, tigers, and lions can be saturated with fat and cholesterol, and atherosclerotic plaques do not develop. The only way to produce atherosclerosis in a carnivore is to take out the thyroid gland; then, for some reason, saturated fat and cholesterol have the same effect as in herbivores. - William C. Robert dalam "Twenty Questions about Atherosclerosis".
Itulah sebabnya mengapa penelitian-penelitian hewan coba dengan atherosclerosis untuk manusia sering melibatkan hewan herbivora seperti kelinci. Kalaupun menggunakan mencit atau tikus, hewan tersebut sudah dimodifikasi secara genetik agar rentan mengalami atherosclerosis dengan cara memodifikasi gen-gen tertentu dalam proses metabolisme kolesterol. Sebenarnya, apa saja yang Tuhan ciptakan dan berikan untuk kita makan, baik untuk kita. Yang tidak baik adalah berlebihan :).
drh. Palagan Senopati Sewoyo
Makasi, aku numpang copas y
ReplyDeleteWah menambah pengetahuan baru niceeee
ReplyDelete